Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
SIARAN PERS : Menparekraf Antusias Praktik Membuat Mino Kuliner Khas Banyumas di Desa Wisata Pekunden

SIARAN PERS : Menparekraf Antusias Praktik Membuat Mino Kuliner Khas Banyumas di Desa Wisata Pekunden

0

SIARAN PERS

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Menparekraf Antusias Praktik Membuat Mino Kuliner Khas Banyumas di Desa Wisata Pekunden

Kuliner menjadi salah satu subsektor ekraf yang paling unggul, sehingga diyakini dapat menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi dan terciptanya lapangan kerja


Banyumas, 11 Juni 2023 - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan untuk praktik membuat kuliner khas Banyumas mino mulai dari proses pengulenan hingga pembakaran di Kampoeng Nopia Mino, Desa Wisata Pekunden, Banyumas, Jawa Tengah. 

Menparekraf Sandiaga memperlihatkan mimik wajah yang sangat antusias saat menuju lokasi demo masak mino. Menurutnya menarik karena cara memasak kuliner khas itu yang masih tradisional. 

Setibanya Menparekraf Sandiaga di Kampoeng Nopia Mino, Desa Wisata Pekunden, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (11/6/2023) dua Juru Masak yang akan mendampingi proses pengadonan, Arboni dan Mangun langsung menyambut kedatangan Menparekraf.

Menparekraf Sandiaga kemudian memakai sarung tangan supaya adonan mino tetap terjaga kebersihannya. Menparekraf kemudian mengaduk adonan yang akan dijadikan kulitan mino yang terbuat dari tepung terigu, gula pasir, minyak sayur, dan vanili. Sementara untuk isiannya dari campuran gula jawa dan air.

Lalu, adonan kulitan dibentuk bulat dan diberi isian di dalamnya sehingga membentuk seperti telur. "Oke gampang juga ya," kata Menparekraf Sandiaga sembari menunjukkan hasil karyanya.

Seiring dengan minat yang tinggi, produk kuliner mino tidak hanya memiliki rasa gula merah saja, tetapi lebih bervariatif seperti cokelat, pandan, dan lainnya. Sehingga pembeli bisa memilih sesuai seleranya masing-masing.

Usai menguleni adonan, Menparekraf kemudian bergerak menuju tempat pembakaran mino. Adonan mino yang yang sudah dibulatkan itu ditempelkan di dinding tungku yang disebut genthong, kemudian dibakar dengan kayu bakar sampai matang.

Menparekraf yang ikut serta menempelkan mino ke dinding genthong pun terkejut, lantaran muno yang ditempelkannya berubah bentuk akibat ia terlalu menekan adonan mino tersebut. "Jadinya menyong. Tapi kalau enggak ditekan khawatir jatuh," kata Menparekraf sambil tertawa.

Mino sendiri adalah singkatan dari mini nopia yang merupakan jajanan khas Banyumas. Ukurannya yang kecil membuat mino cukup digemari para konsumen. Sementara ada pula yang berukuran normal disebut nopia.

Kuliner ini bentuknya memang menyerupai bakpia khas Yogyakarta. Namun yang membedakan adalah pada proses akhirnya. Kalau mino masih dibuat secara tradisional yakni dibakar di dalam genthong, sedangkan bakpia dioven.

"Dan kalau kita melihat itu di Jepang ada mochi. Di sini ada mino. Kalau dikemas dengan baik ini bisa menjadi satu keunggulan produk ekonomi kreatif yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Sandiaga.

Menurut salah seorang juru masak nopia mino, Yanto, dalam satu genthong bisa membakar antara 800 hingga 900 mino. Untuk sekali bakar memerlukan waktu kurang lebih 30 menit. Sehingga jika dikalkulasi dalam sehari bisa menghasilkan 30 kg mino.

Satu kotak nopia biasanya berisikan 10 buah yang dapat dibeli dengan harga Rp15.000. Sementara untuk mino biasanya dijual per kg dan satu kilogramnya sebesar Rp30.000.

"Dan mino ini atau nopia ini bisa kuat disimpan sampai dua bulan lebih,” ujarnya.

Turut mendampingi Menparekraf, Staf Khusus Menteri Bidang Pengamanan, Brigjen TNI Ario Prawiseso; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua; Bupati Banyumas, Achmad Husein; beserta para juri ADWI 2023 dan jajaran pejabat yang berada di Kabupaten Banyumas.


I Gusti Ayu Dewi Hendriyani

Kepala Biro Komunikasi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kemenparekraf / Baparekraf
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAFMinggu, 11 Juni 2023
2046
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif