Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
10 Fakta Unik Kota Singkawang, Simbol Kerukunan Beragama

10 Fakta Unik Kota Singkawang, Simbol Kerukunan Beragama

0

Jika kita membahas perayaan Cap Go Meh, pasti nama Singkawang selalu disebut yang paling pertama. Sebab, perayaan Cap Go Meh di Singkawang seakan menjadi tradisi yang rutin digelar setiap tahunnya. Namun, fakta menarik lainnya, Singkawang juga terkenal akan keberagaman dan toleransi yang kuat antar umat beragama.

Kota Singkawang merupakan tempat tinggal etnis Tionghoa terbesar di Indonesia. Nama Singkawang sendiri berasal dari kata San Kew Jong, yang artinya kota di kaki gunung, tapi dekat dengan muara laut. Banyak julukan yang melekat di Singkawang, mulai dari Kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, hingga Hong Kong van Borneo. 

Tak sekadar menjadi pusat perayaan Cap Go Meh meriah, masih banyak fakta menarik seputar Kota Singkawang yang patut Sobat Parekraf ketahui. Berikut beberapa di antaranya:


Destinasi Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang seakan menjadi salah satu festival paling ditunggu-tunggu, dan selalu berhasil menarik perhatian para wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara. Cap Go Meh di Singkawang biasanya diadakan untuk menutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, tepatnya pada hari ke-15 setelah Imlek. 

Menjelang Cap Go Meh, biasanya dimeriahkan dengan beberapa acara. Mulai dari pawai lampion, hingga pemberkatan tatung di wihara-wihara. Tujuannya untuk membersihkan kota dari roh-roh jahat, agar masyarakat Singkawang selalu diberkati sepanjang tahun.


Masjid dan Wihara Berdampingan

Fakta unik Kota Singkawang berikutnya adalah tempat ibadah yang saling berdampingan. Keberadaan Wihara Tri Dharma Bumi Raya yang berseberangan dengan Masjid Raya Singkawang, merupakan salah satu simbol kerukunan antar umat beragama di Singkawang.

Wihara dengan sebutan Pekong Toa ini sudah berumur 200-an tahun, dan selalu dijadikan salah satu pusat perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Sementara, Masjid Raya Singkawang sudah berdiri sejak 1885, lalu dipugar lagi pada 1936. Uniknya, bangunan ini termasuk termasuk masjid terbesar di Kota Singkawang.


Kerukunan Beragama

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Pada 2018, Kota Singkawang dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia oleh Setara Institute. Penghargaan ini karena kehidupan masyarakatnya yang harmonis dalam perbedaan. Singkawang mayoritas dihuni oleh suku Melayu, Tionghoa, dan Dayak. Meski begitu, perayaan hari besar setiap agama yang ada di Singkawang selalu meriah.


Patung Naga di Tengah Kota

Fakta unik tentang Singkawang berikutnya berupa adanya patung naga di persimpangan Jalan Kepol Mahmud dan Jalan Niaga. Patung ini dibuat menghadap ke atas, bukan ke samping seperti patung pada umumnya. 

Hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat setempat kalau toko yang berhadapan dengan naga memiliki nasib sial. Dengan menghadap ke atas, patung ini melambangkan kekuatan dan keberuntungan untuk orang di sekitarnya.


Rumah Tionghoa Tertua

Tidak jauh dari Wihara Tri Dharma Bumi Raya atau Pekong Toa, ada sebuah rumah dari salah satu keturunan Tionghoa yang usianya lebih dari seratus tahun, yakni Rumah Marga Tjhia. Konon, rumah ini dibangun pada 1901, oleh keturunan langsung Xie Shou Shi (Tjhia Siu Si). 

Gaya arsitektur rumah ini mirip rumah tradisional di Tiongkok, yang dipadukan gaya timur dan barat, dengan strukturnya sebagian besar terbuat dari kayu besi (belian). Kini, Rumah Marga Tjhia telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya, dan cocok dijadikan tujuan destinasi wisata saat kita berkunjung ke Singkawang.


Ilustrasi: Vihara Tri Dharma Bumi Raya, sebuah Wihara tua yang menjadi salah satu ikon Kota Singkawang. (Foto: Shutterstock/PhotopankPL)


Kota Seribu Kelenteng

Fakta menarik Kota Singkawang berikutnya adalah julukan Kota Seribu Kelenteng. Hal ini tak bisa lepas dari banyaknya tempat ibadah umat Buddha yang tersebar di Singkawang. Berdasarkan data 2014, ada sekitar 704 ada klenteng, wihara, dan cetiya yang ada di Singkawang.


Desa Menjadi Kota

Dulunya, kota Singkawang adalah sebuah kota yang masuk wilayah Kesultanan Sambas. Semenjak kedatangan para pedagang dan penambang emas dari Tionghoa, mereka menyebut daerah ini sebagai San Keuw Jong, yang dijadikan sebuah desa. Karena perkembangan yang semakin pesat, pada 1981, daerah ini ditetapkan menjadi Kota Singkawang.


Banyak Wisata Alam

Selain dikenal dengan salah satu pusat perayaan Imlek, Singkawang tak hanya menawarkan wisata rohani saja. Di Singkawang juga terdapat banyak destinasi wisata alam yang memukau para wisatawan. Beberapa wisata alam di Singkawang yang bisa Sobat Parekraf kunjungi antara lain Pantai Batu Burung, Pantai Pasir Panjang, Pantai Simping, hingga Danau Biru.


Kuliner yang Lezat

Singkawang dikenal dengan kudapan ikoniknya yang tak patut kita lewatkan. Salah satu kuliner ikonik yang patut dicicipi adalah choi pan, atau yang sering dikenal chai kwe. Makanan ini berasal dari tepung beras yang diisi dengan bengkuang dan ebi. Selain itu, kita bisa menikmati aneka hidangan laut segar, dodol durian, kue keranjang, hingga kue bulan yang menjadi ciri khas Singkawang.


Lokasi Pembuatan Film

Tidak hanya memiliki kuliner yang nikmat, Singkawang pernah pernah beberapa kali menjadi lokasi latar pembuatan film Indonesia, yakni Jejak Cinta dan Bulan Terbelah di Langit Amerika 2. Bahkan, 95% proses syuting Jejak Cinta dilakukan di Kota Singkawang. Sedangkan, lokasi syuting Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 mengambil latar di belakang Wihara Tri Dharma Bumi Raya.


Foto Cover: Ilustrasi perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang. (Shutterstock/Julius Bramanto)

Kemenparekraf / Baparekraf
Kemenparekraf/Baparekraf RISenin, 6 Februari 2023
21994
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif