Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
Kain Tenun Gringsing Karangasem Sebagai Cenderamata KTT G20

Kain Tenun Gringsing Karangasem Sebagai Cenderamata KTT G20

1

Kain tenun Gringsing adalah salah satu produk ekonomi kreatif khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali. Rencananya kain tenun Gringsing akan dipersiapkan sebagai cenderamata bagi para kontingen atau peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022, pada bulan Desember mendatang di Bali.

Dipilihnya kain tenun Gringsing sebagai cenderamata KTT G20 sekaligus sebagai bentuk promosi agar keberadaannya semakin dikenal dunia. Sehingga, dalam jangka panjang dapat membantu dan membuka lapangan pekerjaan bagi 400 masyarakat Desa Wisata Tenganan Pegringsingan. Dengan begitu, akan berdampak baik bagi perekonomian bagi seluruh masyarakat desa.

Menariknya lagi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) juga akan berupaya mendorong kain tenun Gringsing dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

Upaya tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, kain tenun Gringsing merupakan salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih terus bertahan hingga saat ini. Keistimewaan dari kain tenun Gringsing terletak pada teknik pembuatannya, yakni satu-satunya kain tenun yang dibuat dengan teknik dobel ikat di Indonesia.

Pembuatan Kain Tenun Gringsing

Proses pembuatan kain tenun satu ini dikenal cukup rumit dan membutuhkan waktu lama. Pasalnya, proses penenunan kain tenun Gringsing membutuhkan sekitar dua bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu lebih lama hingga 2-5 tahun.

Bukan hanya itu saja, daya tarik kain tenun Gringsingan juga terdapat pada proses pembuatannya yang 100% menggunakan tangan, atau tanpa bantuan mesin apapun.

Ciri khas kain tenun Gringsing juga ada pada proses pewarnaannya. Bukan dengan bahan pewarna kimia, kain tenun khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini menggunakan warna yang dihasilkan minyak kemiri, agar warnanya lebih pekat dan tahan lama.

Demi mendapatkan warna yang sempurna, tentu saja membutuhkan proses yang cukup panjang. Menariknya, untuk menghasilkan warna yang nyata pada motif tenun Gringsing membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan.

Untuk mendapatkan warna yang sempurna dan sesuai pakem yang telah ditentukan secara turun-temurun, proses pewarnaan kain tenun Gringsing harus dilakukan secara berulang. Proses pewarnaan kain tenun ini juga dilakukan untuk menjaga serta melindungi keaslian dan nilai ritual kain tenun Gringsing.

Kain tenun Gringsing khas Karangasem saat dikenakan perempuan Bali dalam sebuah acara. (Foto: Shutterstock/LivingPortrait)

Makna di Balik Motif

Daya tarik kain tenun Gringsing juga berasal dari nilai-nilai dalam setiap motif dan warna yang digunakan. Setiap motif dan warna pada kain tenun Gringsing memiliki makna yang melambangkan keseimbangan antar manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.

Konon, kain tenun Gringsing berasal dari kata “_gring_” yang berarti sakit, dan “_sing_” berarti tidak. Sehingga, kain tenun Gringsing diartikan “tidak sakit”, atau sebagai penolak bala untuk mengusir penyakit.

Selain itu, kain tenun asal Karangasem ini juga dipercaya sebagai pelindung. Sehingga, tidak jarang biasanya kain tenun Gringsing digunakan masyarakat Bali dalam upacara pernikahan atau upacara keagamaan.

Sebagai kain tradisional khas Bali, kain tenun Gringsing memiliki banyak motif yang menyimpan makna. Seperti motif lubeng misalnya, yang bercirikan kalajengking, dan sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.

Selanjutnya motif sanan empeg, yang identik dengan kotak poleng merah hitam. Lalu, ada motif cecempakaan yang dikenal dengan motif bunga cempaka, dan sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.

Kemudian juga ada motif cemplong, yang bercirikan sebuah bunga besar di antara bunga-bunga yang kecil di sekitarnya. Selain itu, ada juga motif tenun yang menggunakan tokoh pewayangan.

Makna Pewarnaan Kain Tenun Gringsing

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, daya tarik Kain tenun Gringsing tidak hanya berasal dari motifnya saja. Namun, juga bisa kita melihat dari pewarnaan yang digunakan.

Tidak hanya sekadar menggunakan bahan alami, warna-warna yang dipilih memiliki makna mendalam. Secara umum, kain tenun Gringsing memiliki tiga warna yang disebut dengan Tridatu, yaitu warna merah, kuning, dan hitam.

Warna merah berasal dari akar mengkudu, melambangkan api sebagai panas bumi sumber energi dan kehidupan di bumi. Kemudian warna kuning dari campuran minyak kemiri, melambangkan angin atau oksigen dalam setiap kehidupan manusia. Sedangkan warna hitam yang berasal dari pohon taum, yang melambangkan air pemberi penghidupan bagi seluruh makhluk di bumi.

Dalam acara-acara adat, kain tenun Gringsing biasanya digunakan sebagai selendang atau senteng oleh wanita, sedangkan pria digunakan sebagai ikat pinggang.

Nah, itulah keistimewaan dari kain tenun Gringsing khas Karangasem, Bali, yang akan menjadi cendera mata bagi para pemimpin dunia dalam gelaran KTT G20 pada Desember mendatang.

Foto Cover: Ilustrasi seorang penenun tengah membuat kain tenun khas Nusantara. (Shutterstock/Mario Andi Supria)

Kemenparekraf / Baparekraf
Kemenparekraf/Baparekraf RIJumat, 15 Oktober 2021
10977
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif