Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
Persiapan Sektor Pariwisata Indonesia di Era Next Normal

Persiapan Sektor Pariwisata Indonesia di Era Next Normal

1

Pandemi COVID-19 membawa perubahan dalam gaya hidup masyarakat secara menyeluruh. Sebelum pandemi masyarakat belum terbiasa untuk menyelesaikan segala urusannya secara daring. Namun adanya pandemi segala bentuk pertemuan fisik sebisa mungkin diminimalisir dan dialihkan ke mode daring.

Seiring waktu, bersinggungan dengan pandemi memunculkan banyak istilah dalam masyarakat. Salah satu yang kerap terdengar adalah istilah new normal atau adaptasi kebiasaan baru. Pertama kali mencuat pada Juni 2020, era new normal ini merujuk pada saat masyarakat harus bergantung pada metode daring ketika COVID-19 terjadi.

Perubahan dari mode luring ke daring membuat adanya sebuah kenormalan baru dalam keseharian masyarakat di Indonesia, bahkan dunia_._ Menyusul era new normal, belakangan ada istilah baru yang ikut naik daun, yakni next normal.

Masa next normal merujuk pada waktu dilonggarkannya aturan karantina mandiri dan work from home. Masa next normal sangat berpengaruh pada dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Adanya masa next normal ditandai dengan kembalinya sistem dan aktivitas yang berjalan seperti biasanya. Saat ini pun, Indonesia secara perlahan mulai beralih dari era new normal ke next normal, meski baru sebagian.

Membaca adanya perubahan tersebut, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia terus berinovasi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) tengah menyiapkan strategi jitu untuk menghadapi perubahan ini.

Ilustrasi seorang wisatawan mancanegara mengenakan masker sebagai salah satu bagian dari protokol kesehatan di era new normal. (Foto: Shutterstock/Elizaveta Galitckaia)

Travel Pattern Era Next Normal

Dalam rangka menyambut era next normal di Indonesia, Kemenparekraf/Baparekraf mengusung strategi baru, yakni travel pattern. Travel pattern adalah suatu pola perjalanan di mana wisatawan bisa berkunjung ke suatu destinasi ke destinasi lain yang ada di sekitar dalam satu paket wisata.

Konsep yang digagas Kemenparekraf/Baparekraf ini bertujuan untuk mendorong peningkatan daya saing dalam sektor pariwisata. Karena pada masa-masa next normal ada perubahan besar dalam gaya hidup masyarakat. Maka pola perjalanan yang dirancang harus dikemas dengan lebih fantastis dan menarik.

Travel pattern tidak hanya memberikan pengalaman lebih bagi wisatawan. Pengadaan pola perjalanan ini juga dilakukan untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Tentunya dengan memerhatikan tren wisata di masa mendatang, yang cenderung bersifat personalize, customize, localize, dan smaller in size.

Ada beberapa destinasi yang sudah menerapkan travel pattern. Misalnya yang sudah terbentuk dan siap adalah travel pattern segitiga emas. Pola perjalanan ini mengarah ke daerah Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar). Travel pattern Joglosemar menjadikan Candi Borobudur sebagai epicentrum atau daya tarik utamanya.

Sementara di daerah Sumatera, travel pattern juga akan dilaksanakan di Kota Medan. Nantinya masyarakat yang ingin mengunjungi Destinasi Super Prioritas Danau Toba bisa singgah terlebih dahulu ke Kota Medan untuk wisata kuliner dan sejarah.

Di area Bali juga akan ada travel pattern yang diberi nama Bima Raya. Pola perjalanan ini ditujukan untuk daerah Bali, Bima, dan Sumbawa. Bima Raya dipilih sebagai ikon lantaran wilayah ini lebih dekat dengan Labuan Bajo, salah satu Destinasi Super Prioritas.

Tidak hanya mengembangkan yang sudah ada, konsep travel pattern juga mendorong adanya pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kreatif yang baru. Pasalnya, lalu lalang wisatawan dari satu titik travel pattern ke titik lain akan membuka peluang pengadaan tempat singgah, pusat oleh-oleh, restoran, hingga desa wisata. Dengan begitu, daerah di sekitar wilayah travel pattern turut merasakan efeknya.

Persiapan Berwisata di Era Next Normal

Tidak hanya dari segi pemerintah atau pelaku usaha pariwisata, wisatawan juga perlu mempersiapkan banyak hal dalam menyambut pariwisata di era next normal. Selain mematuhi protokol kesehatan, wisatawan juga harus mengecek kondisi kesehatan tubuh sebelum berangkat traveling.

Pastikan untuk melakukan liburan dalam kondisi tubuh yang bugar. Wisatawan juga diimbau untuk melakukan rapid test atau swab test untuk memastikan negatif COVID-19 sebelum bepergian ke suatu destinasi.

Sesuai protokol kesehatan, wisatawan diwajibkan untuk menjaga jarak aman dan menghindari kerumunan. Selain itu, membawa alat kebersihan dan alat makan sendiri juga disarankan selama berwisata di era next normal.

Pilih akomodasi tempat menginap yang sudah tersertifikasi CHSE, untuk memastikan keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Terakhir, wisatawan sebaiknya menggunakan pembayaran non-tunai selama berwisata jika memungkinkan.

Berbagai tips ini dilakukan untuk meminimalisir penularan COVID-19 selama liburan. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat sangat bermanfaat untuk mewujudkan pariwisata yang lebih aman dan nyaman di era next normal.

Foto Cover: Papan pengumuman di tempat wisata, mengangkat tema sosialisasi tentang pentingnya protokol kesehatan menjadi bagian dari travel kit setiap wisatawan. (wonderfulimage Kemenparekraf)

Kemenparekraf / Baparekraf
Kemenparekraf/Baparekraf RISabtu, 20 November 2021
16296
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif